Archive for the ‘Uncategorized’ Category

h1

TEKAD AL-QUDS

January 18, 2012

Tiada kata yang dapat menghibur

Luka dan tangis yang  tiada jua terkubur

Kecuali  Ragu yang enggan melebur

Dengan yakin yang nyaris menjadi bubur

Terlontar suara tegas  tak bertepi

Untuk menjadikan nyata sebuah mimpi

Sholahuddin perancang strategi yang rapi

Pembebasan Al-Quds  bernada indah  kecapi

Walau setiap detik darah mengaliri buminya

Walau setiap hari sekian meter  terampas tanahnya

Kemuliaan Ummat ada pada keteguhan perjuangannya

Dan Al-Aqsa tiada akan pernah pindah dari pelukannya

Biarkan kami terus berupaya,  pasokan tekad kami tertambah

Hingga ummat dapat kembali Berjaya dengan tiada henti berubah

Yakinlah, bukan hanya dengan kekuatan senjata dapat merubah

Kami yakin dengan Al-Qur’an dapat menggerus licik yang berjubah

h1

Menulis Bersama dalam Antologi Cinta untuk Gaza

January 18, 2012

Gazalah satusatunya wilayah palestina yang kini tak bisa dijajah. Bukan karena senjatanya hebat, tapi karena Allah menolongnya. Gaza memenuhi banyak syarat untuk ditolong Allah. Ruh Ibadah, ruh Al Qur’an, ruh jihad, bersemi subur di Gaza. Para pemimpin Gaza dicintai rakyatnya karena ketaatannya kepada Allah. Kesederhanaannya, kesesuaian katakata dan perbuatannya. Pantaslah semakin lama dikepung semakin tangguh. Semakin sering digempur, semakin sabar. Penderitaan dan kesedihan belum berhenti, tapi Gaza memiliki Allah. Gaza tidak memerlukan kita. Kitalah yang memerlukan Gaza, supaya kita memperbaiki diri, supaya cukup layak ditolong Allah. (Sahabatalaqsha.com)

Menginfaqkan sebagian harta yang kita miliki untuk membantu meringankan penderitaan saudarasaudara kita di Gaza. Mendoakan semoga kekuatan dan kemenangan segera Allah turunkan bagi mereka. Adalah sebagian yang mungkin kita lakukan dan persembahkan untuk mereka.

Selain itu, membaca lebih banyak informasi terkini kondisi saudarasaudara kita di Gaza dan kemudian menuliskan rasa peduli dan cinta kita kepadanya. Adalah bentuk lain yang mungkin juga bisa kita lakukan. Untuk itu Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Saudi Arabia mengundang masyarakat Indonesia yang tinggal di Saudi Arabia untuk bersama kami menulis ANTOLOGI CINTA UNTUK GAZA.

 

KETENTUAN NASKAH

  1. Naskah bisa berupa Puisi, Esai, atau Cerpen.
  2. Menggugah: Tulisan mampu menghadirkan pencerahan bagi pembaca
  3. Menginspirasi: Tulisan mampu memberi inspirasi bagi pembaca
  4. Memotivasi: Tulisan mampu menggerakkan pembaca untuk berbuat
  5. Tulisan harus terhindar dari sensitifitas SARA
  6. Panjang puisi maksimal 2 halaman, esai 3-4 halaman, Cerpen 5-8 halaman. A4 spasi 1,5
  7. Kirim naskah berupa rtf dengan attachmen/lampiran ke email: antologiflpsaudi@ymail.com, cc ke: flpsaudi@yahoo.com
  8. Naskah dikirim sebelum tanggal 15 Maret 2012 pukul 24.00 waktu Saudi Arabia
  9. Naskah yang terpilih akan kami terbitkan menjadi buku. Hasil penjualan buku seluruhnya adalah infaq untuk Gaza
h1

Ketika Pena Bicara Cinta

January 11, 2010

“Membaca dan menulis adalah cara unik dalam mencinta” (DR. Aidl Al-Qarni)

Barisan kata yang menggerakkan seorang bernama Arina dan berhasil  menularkan energinya kepada Nusaibah. Seorang teman yang kemudian melengkapi semangatnya untuk bersama  membangun sebuah mimpi besarnya. Membangun sebuah kecintaan yang baru disadarinya sebagai bagian kewajiban yang tidak terpisahkan dari misi kehidupannya. Nusaibah yang pada saat itu tercatat sebagai tenaga kerja wanita yang illegal di negeri wahyu. Negeri dimana wahyu pertama turun yang menganjurkan untuk membaca, membaca, dan membaca.

“Sudah sekian lama saya merindukan teman sepertimu, mengajakku mencinta dengan cara yang unik” Respon Nusaibah menanggapi ajakan tulus Arina.

Gayung bersambut Arina pun merasa ada energi luar biasa untuk secepatnya merealisasikan mimpinya. Beberapa koleksi buku yang dimilikinya kemudian menjadi awal dari embrio terbentuknya rumah cahaya (Semacam perpustakaan yang terdiri dari aktivitas membaca dan aktivitas menghasilkan karya tulis). Buku tersebut kemdian menghias rak di kamar 5x12m Nusaibah yang diberi secara gratis oleh majikan suaminya yang bekerja sebagai sopir.

Peletakan buku di rumah Nusaibah menjadi lebih terasa manfaatnya, karena setiap teman Nusaibah atau teman suaminya berkunjung, dengan leluasa dapat membaca atau meminjamnya untuk di baca di rumahnya. Sesekali Arina berkunjung ke rumah Nusaibah dan membawa pulang beberapa buku ke asramanya untuk dipinjamkan secara bergilir kepada para TKW yang ditemuinya mengantar anak majikannya ke kampus. Buku-buku tersebut terus mengalami penambahan setiap Arina kembali dari berlibur di Indonesia.

Aktivitas yang cukup stagnan. Suatu hari Arina berpikir. Melihat aktifitas mencinta yang unik itu tidak kunjung dia rasakan. Namun berbeda dengan semangat Nusaibah yang tetap bersinyal kuat memantulkan cahayanya. Bagi Nusaibah keberhasilan tidak harus dia yang merasakannya, namun orang-orang yang kemudian melanjutkan aktifitas ini, menjadi aktivitas yang berkelanjutan memberi manfaat bagi orang yang membutuhkan tambahan gizi bagi ruang hati, pikir, jiwa dan ruhnya. Itulah tolak ukur sukses dalam kamus cinta Nusaibah pada aktivitas mencintanya.  Dia sangat bersyukur menjadi bagian dari batu bata pertama untuk membangun proses penemuan cara unik dalam mencinta di negeri rantaunya ini.

“Ayo, Rin… sudah lima cerita yang berhasil aku tulis, mana tulisanmu, cepetan ke rumah ayo kita bedah karya” Suatu hari Nusaibah menelepon Arina dengan nada menggugat. Semangat Arina telah berhasil menulari Nusaibah. Namun Arina tidak berhasil menyemangati dirinya untuk berjalan bersama dengan Nusaibah dalam memenuhi syarat penemuan cara unik dalam mencinta.

Lima cerita seru yang Nusaibah susun itu telah berhasil memompa kembali semangat Arina untuk kembali menata satu per satu batu bata-batu bata jalan cinta ini.  Namun, ketahanan tubuh Arina yang menurun telah menuntut Arina untuk cuti satu tahun dari tugas belajarnya di negeri wahyu itu. Tidak banyak yang dapat Arina lakukan untuk menggenapi tatih Nusaibah yang tidak pernah berhenti bergerak menyuntikkan semangat membaca dan menulis kepada setiap orang yang dia kenal dan temui atau setiap orang yang berkunjung ke rumahnya, kecuali doa dan sesekali menanyakan kabar karyanya.

“Cerita-cerita sudah aku tulis dengan caraku, tolong dieditkan ya, ntar setelah kamu sembuh dan kembali ke makkah” Begitu selalu dengan nada semangat yang tidak pernah berubah, jawaban Nusaibah setiap Arina menanyakan kabar karyanya.

****

Satu tahun telah berlalu dan dengan idzin Allah, ketahanan tubuh Arina berangsur kembali, serta dapat kembali melengkapi semangat Nusaibah, untuk terus menggerakkan proses penemuan jalan cinta ini. Namun musibah telah memisahkan keduanya untuk selama-lamanya. Arina mendapatkan karunia sehatnya kembali. Nusaibah dengan penyakit menahunnya. Asma. Telah mengantarkannya keharibaan Tuhannya. Allah telah lebih dahulu memanggilnya. Semoga Allah menempatkannya pada tempat kembali terbaik di sisiNya. Amiin.

Nusaibah telah benar-benar pergi. Namun, api semangatnya menjadi warisan berharga bagi Arina untuk meneruskan proses peletakan batu bata-batu bata pembentukan jalan menuju sebuah cara unik dalam mencinta. Sebuah proyek yang kemudian Nusaibah beri tema besar “Ketika Pena Bicara Cinta”. Sebuah tema yang kemudian menjadi semangatnya untuk terus menyertai jenaknya dengan menggerakkan penanya dengan cinta, sampai pada desah nafas terakhirnya.

Salah satu goresan cinta Nusaibah yang berhasil memompa semangat Arina dan orang-orang yang setelahnya untuk melanjutkan pembangunan jalan cinta. Goresan tersebut dimuat di bank karya online yang beralamatkan di:  https://forumlingkarpenasaudi.wordpress.com

Apa yang akan aku tulis

Ketika pertanyaan “Apa yang akan aku tulis?”

mengganggu tekadmu,

maka katakanlah pada dirimu:

Tulislah harapanmu!

Tulislah senyummu!

Tulislah dan sebarkanlah wangi parfummu!

Terus gerakkan penamu menggores kata demi kata

Rangkailah hingga menjadi rangkaian bunga,

karena bisa jadi huruf yang kamu rangkai itu menjadi obat bagi

kesedihanmu atau kesedihan orang yang membacanya.

Tulislah untuk akal-akal itu!

Tulislah untuk hati-hati itu!

Tulislah dan biarlah kami membacanya,

biarkan kami menyelami

dan tenggelam dalam dunia maknamu,

dalam petualangan pikiranmu,

dalam kedalaman ilmumu.

Kami akan mendapat pespektif,

kami akan memiliki pemikiran baru,

sehingga kami mempunyai kekuatan….

Maka tulislah!

Hingga kamu mendapati alasan mengapa matahari terbit dari barat,

Hingga kamu juga menemukan alasan mengapa kamu hidup,

Hingga setiap huruf yang kamu tata itu menjadi saksi bahwa tulisanmu adalah

Tulisan orang-orang yang kuat,

Tulisan orang-orang yang mulia,

Tulisan yang datang dari zaman para nabi.

Maka tulislah!

Orang-orang Yahudi menulis,

Orang-orang Nasrani juga menulis..

Tidakkah orang-orang mukmin juga bisa menulis!?

Sebuah semangat yang luar biasa menyala dan memberi pengaruh yang dapat melintasi ruang dan waktu.

h1

Menulis Adalah Ibadah

May 31, 2009

Dengan menulis kita  akan bisa menghimpun sekian kebaikan yang  melahirkan pahala di sisi Allah. Dengan catatan aktivitas menulis tersebut bersumber dari motivasi ketulusan dan ikhlas karena Allah. Keikhlasan merupakan energinya dalam menyusun huruf-hurufnya menjadi deretan kata yang bermakna dan mencerahkan pembacanya.

Keikhlasan itulah yang akan menjadikan aktivitas menulis bernilai ibadah. Ibadah merupakan manifestasi dari tujuan penciptaan kita.  Allah bersabda dalam surat al Hajj ayat 77, yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu berntung” Maka tidak ada jalan untuk beruntung (berarti), kecuali dengan keikhlasan dalam ibadah dan berusaha bermanfaat bagi orang lain. Kebahagiaan dan kesuksesan bagi mereka yang berjalan di atas jalan ini.

h1

Apa yang Akan Aku Tulis?

May 18, 2009

By:  Nusa

Ketika pertanyaan “Apa yang akan aku tulis?”
mengganggu tekadmu,
maka katakanlah pada dirimu:
Tulislah harapanmu!
Tulislah senyummu!
Tulislah dan sebarkanlah wangi parfummu!
Terus gerakkan penamu menggores kata demi kata
Rangkailah hingga menjadi rangkaian bunga,
karena bisa jadi huruf yang kamu rangkai itu menjadi obat bagi
kesedihanmu atau kesedihan orang yang membacanya.
Tulislah untuk akal-akal itu!
Tulislah untuk hati-hati itu!
Tulislah dan biarlah kami membacanya,
biarkan kami menyelami
dan tenggelam dalam dunia maknamu,
dalam petualangan pikiranmu,
dalam kedalaman ilmumu.
Kami akan mendapat pespektif,
kami akan memiliki pemikiran baru,
sehingga kami mempunyai kekuatan….
Maka tulislah!
Hingga kamu mendapati alasan mengapa matahari terbit dari barat,
Hingga kamu juga menemukan alasan mengapa kamu hidup,
Hingga setiap huruf yang kamu tata itu menjadi saksi bahwa tulisanmu adalah Tulisan orang-orang yang kuat,
Tulisan orang-orang yang mulia,
Tulisan yang datang dari zaman para nabi.
Maka tulislah!
Orang-orang Yahudi menulis,
Orang-orang Nasrani juga menulis..
Tidakkah orang-orang mukmin juga bisa menulis!?
h1

Pena Siapakah Itu?

May 8, 2009

Pena Siapakah Itu?

Pena itu adalah pena khusus…

Dan bukan sembarang pena…

Mengapa demikian?

Karena:

Tintanya taqwa..

Memberi minum akal dengan air ilmu..

Tidak untuk menyakiti siapapun kecuali untuk mengungkap kebenaran..

Melukis kebaikan di atas kanvas kehidupan..

Tidak menulis dengan maksud pamer dan popularitas, melainkan mengharap keridaan Allah..

Pena siapakah itu?

Anda seorang ilmuwan yang takut kepada Allah?

Anda seorang yang beriman?

Anda seorang muslim?

Mudah-mudahan pena itu milik anda..!!!!!! 🙂

Disampaikan pada kajian online

Jumat, 13 J. Awal 1430/08 Mei 2009

h1

Writing Is Amazing

May 7, 2009

Imam Ali bin Abi Thalib, mengatakan bahwa: “Ilmu itu seperti hewan buruan, dan tulisan adalah tali  kekangnya. Maka ikatlah hewan buruanmu dengan tulisan-tulisanmu.” Demikian Imam Ali mengumpamakan urgensi menulis dalam mengikat ilmu.

Fatimah Mernisi seorang pemikir-penulis menyatakan bahwa  menulis merupakan aktivitas kulit menyegarkan kembali dirinya. Sehingga diapun berani mengatakan bahwa “menulis lebih baik daripada operasi plastik!” Bahkan dalam buku yang berjudul Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotions, yang merupakan hasil penelitian para professor biologi dan psikologi, menunjukkan fakta yang lebih dahsyat lagi. Seperti yang diungkapkan oleh James W. Pennebaker dalam buku tersebut menyatakan: “Menulis tentang hal-hal yang negative akan memberikan pelepasan emosional yang membangkitkan rasa puas dan lega.”

Hal tersebut di atas membuktikan bahwa ternyata menulis bukan kegiatan yang remeh temeh. Writing is amazing! Kalimat itu mungkin cukup representative untuk mengungkap lebih jauh manfaat dari kegiatan menulis. Diantaranya seperti yang diungkap Caryn Mirriam Golberg dalam bukunya Write Where You Are: How to Use Writing to Make Sense of Your Life.

Caryn menyajikan 12 alasan kenapa kita harus menulis, yaitu:

  1. Menulis membantu menemukan siapa diri kita
  2. Menulis dapa membantu kita percaya diri
  3. Saat menulis, kita dapat mendengar pendapat unik kita sendiri
  4. Aktivitas menulis menunjukkan apa yang dapat kita berikan kepada dunia
  5. Dengan menulis, kita mencari jawaban terhadap pertanyaan dan menemukan pertanyaan baru untuk ditanyakan
  6. Menulis meningkatkan kreativitas kita
  7. Melalui aktivitas menulis kita dapat berbagi dengan orang lain
  8. Menulis member kita ruang untuk melepaskan amarah, ketakutan, kesedihan dan perasaan menyakitkan lainnya
  9. Kita dapat membantu menyembuhkan diri dengan menulis
  10. Menulis memberi kita kesenangan dan cara bagaimana mengungkapkannya
  11. Menulis membantu kita lebih menikmati hidup
  12. Melalui menulis kita dapat menemukan impian kita.

Nah, setelah mengetahui alasan mengapa kita harus menulis, apakah kita masih ragu untuk memulai menulis? Apakah anda belum percaya bahwa menulis itu luar biasa? Kalau belum, mari kita simak pernyataan Nietzche, “Siapa yang memiliki alas an untuk hidup akan sanggup mengatasi persoalan hidup lewat cara apapun.” Jadi apa pentingnya menulis buat kita? Jawabannya adalah untuk menemukan alas an mengapa kita hidup! Silahkan anda buktikan dan selamat mencoba.. 🙂

Disarikan dari Writing Is Amazing, Fahd Djibran

Disampaikan dalam kajian online, Ahad, 09 J. Awal 1430/04 Mei 200

h1

Tiga Kata Sakti FLP

May 2, 2009

Oleh: Shams

Forum Lingkar pena sebagai komunitas kepenulisan memiliki semboyan untuk menyemangati setiap ruang aktivitasnya. Semboyan tersebut terdiri dari tiga kata, yang kemudian kami sebut sebagai ‘Tiga Kata Sakti FLP’, kata tersebut ialah:

Pertama, Berbakti, Kata yang diilhami dari informasi Allah akan maksud penciptaan manusia. Informasi tersebut terdapat dalam Al Qur’an surat adzdzariat (51) ayat 56 yang berbunyi: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”

Kedua, Berkarya, Kata yang diilhami dari perintah Allah untuk membaca. Karena membaca sebagai energi manusia untuk menyelesaikan persoalan yang menyapa kehidupannya. Perintah tersebut terdapat dalam Al Qur’an Surat Al ‘alaq (96)  ayat 1-5  yang berbunyi: “Bacalah dengan  menyebut nama TuhanMu yang menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpat darah (2) Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia (3) Yang mengajar Manusia dengan pena (4) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5)”

Ketiga, Berarti, Kata tersebut sebagai konsekuensi logis dari proses berbakti dan berkarya.  Kata tersebut diterjemahkan dari informasi Allah tentang hakekat manusia yang merugi dalam surat Al ‘Ashr (103) ayat1-3 yang berbunyi: “Demi masa (1) Sungguh manusia berada dalam kerugian, (2) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran (3)

Tiga kata sakti tersebut menjadi penting untuk dipahami dan diketahui oleh semua unsur yang berada di dalam komunitas FLP, Karena tiga kata tersebut disamping sebagai tradisi yang ingin FLP bangun dan wujudkan dalam tiap diri anggotanya, juga sebagai energi FLP untuk terus berupaya menampilkan dirinya sebagai komunitas yang menjadikan menulis sebagai salah satu proses pencerahan bagi ummat.

Wallahu a’lambish showab.

h1

Kajian Online FLP Saudi

April 26, 2009

Akhirnya setelah sekian lama ditunggu-tunggu malam ini tercatat dalam sejarah FLP Saudi melakukan koordinasi online pertamanya di ruang serat optik – internet.

Dengan diikuti 4 pengurus yang sekaligus aktifis chater mig33, disepakati beberapa agenda pemenuhan nutrisi anggota dalam beraktivitas di FLP. Diantaranya  dengan memanfaatkan rum FLP Saudi di mig33 sebagai ruang kajian. Kajian tersebut akan dilaksanakan setiap hari jumat, ahad, dan selasa jam 6-7 pagi waktu Saudi.  Pada masing-masing hari tersebut akan dibahas satu topik utama. Tiap hari jumat Alwy akan mengulas materi smart writing motivation, Nadya akan mengulas materi kepenulisan setiap hari Ahad, kemudian setiap hari selasa loel akan mengulas materi ke-flp-an.

Sebuah upaya sederhana yang diharapkan memberi kemanfaantan bagi semua yang merasakannya. Disamping juga sebagai ladang menabung bekal menuju kehidupan abadi. Bekal yang senantiasa tercatat detail dalam catatan tangan utusan (malaikat) yang mulia lagi berbakti (QS. ‘Abasa: 15-16)

h1

Tentang Ayat-Ayat Cinta

April 1, 2009

By : Alwy Aly Imraan

Sebelumnya, bukannya saya latah dengan ikut mengulas tentang film (plus novel) ini, hanya kesempatannya saja yang tepat. Ingin saya mengajak antum melihat film (plus novel) di atas dari sudut pandang yang lain. Sebagaimana langit, akan berbeda jika kita melihatnya ke arah cakrawala yang tak sama, meski kita berdiri masih dalam satu garis di titik memandang yang sama.

Novel ini (ditulis oleh Habiburrohman el shirazy, sarjana Al-Azhar, yang kebetulan juga satu almamater dengan Syaikhuna – walau berbeda angkatan –, sama-sama pernah mengenyam pendidikan di PP.Futuhiyyah, Mranggen) harus kita akui mampu membawa pembacanya pada sebuah kenyataan sebenarnya akan arti cinta dan kehidupan, dan pembelajaran baru tentang rahasia besar kehidupan itu sendiri. Tak berlebihan kiranya jika novel ini dikatakan sebagai novel pembangun jiwa. Siapa sih yang tidak gerimis hatinya usai membaca novel ini? Saya sendiri mungkin 10 kali lebih baca novel ini. Kalau filmnya? Fa haddits wa laa kharoj, terserah antum ingin menilai apa, yang pasti mata saya sampai sakit melihatnya, perasaan berkecamuk yang tidak bisa saya gambarkan dengan kata-kata. Terharu? Pasti.

Ini tentu saja bighoddhin nadhor (dengan tanpa melihat) para pemeran Fahri, Aisha, Maria, Nouroh, juga Nurul (Fedi Nuril, Rianti Cartwright, Carissa putri, Zaskia Adya Mecca, dan Melanie Putria) meski angan kita tidak bisa terlepas dari sosok mereka. Sebab artis tentu saja punya “hukum” tersendiri, meski mungkin kita terpukau dan terpana pada salah satu di antara mereka (seperti saya yang sempat terpukau dengan “kecantikan” pemeran Aisha). Tidak bisa kita menilai mereka baik begitu saja hanya dengan dia mendapat peran baik, (saat yang sama, sebagai muslim tentu kita harus mendoakan baik bagi mereka).

Sebab, di belahan dunia manapun, dunia seni peran itu sama, gak arab, gak eropa, gak amerika, gak indonesia. Bisa jadi di film pagi artis itu jadi ulama’, di film sorenya jadi bromocorah, belum lagi kehidupan pribadi mereka yang tanpa dibahas kita pun sudah tahu. Jangan kaget kalau para artis arab (bahkan yang non muslim) dengan lancarnya berdalil pakai al-qur’an dan hadits dalam film-film sejarah. Tak ada perbedaan antara Samir Ghanem, Basim Yakhur, Taim Al-Hasan, Nur Syarif, Sulaf Fawakhergi, Suzan Najmeddin, Pascal Machelaani, Nesriin Thofasy, Zainab Askary, Farah Basesu, Saloum Haddad, Taj Haidar, dengan nama-nama yang tersebut di atas. Meski kita juga harus ingat, tidak semua dari mereka jelek (kalau soal dunia entertainment, ada babnya sendiri, bukan di sini).

Kembali ke pokok bahasan, apa yang bisa kita tangkap dari film ini? Belum juga respon bangsa kita yang heboh, sampai kepala negara pun menyempatkan 2 jam (yang bagi beliau, 2 jam adalah berharga) untuk menontonnya. Banyak pelajaran sebenarnya, dan yang pasti dari sisi akhlaqiyah, bahwa menanggapi cinta yang tumbuh di hati tidak harus sefrontal keinginan kita, bagaimana kita mengendalikan cinta yang sedang tumbuh di hati kita sesuai koridor syari’at. Tentu saja film ini memberi iluminasi (penyegaran) terhadap kita (dan masyarakat kita) akan manajemen cinta itu sendiri, tidak seperti film-film lain yang kita tahu sendiri kayak apa pelampiasan cinta, tak ada lagi kecuali berdasar nafsu dan yang pasti berkiblat ke barat.

Bisa jadi kita mungkin tidak heran dengan alur cerita film itu (sebab itu kehidupan kita, dunia pesantren), tapi bagi masyarakat kita? Pasti ada perubahan persepsi akan poligami, dan sebagainya. Belum lagi dialog film ini (yang untuk pertama kali dalam jenisnya) menggunakan bahasa arab (dialek mesir), di saat bangsa kita mulai jauh dari bahasa dunia islam ini. Juga setidaknya kita sendiri tahu, kayak apa sih bahasa arab percakapan itu (sekedar tahu, penduduk indonesia 212 juta, yang jadi santri tidak sampai 10 juta, itupun yang dari 10 juta tidak semua bisa bahasa arab)

Saya jadi teringat dengan Guru besar tercinta (Abuya Sayyid Muhammad), beliau biasa mengajak kita murid-muridnya nonton film bareng setiap hari kamis dan jumat, beliau almarhum sendiri melihat langsung dengan kita, melihat musalsal (sinetron), beliaupun tak jarang memberi komentar akan film itu. Kita diputarkan film-film bermutu, di samping sebagai hiburan namun kita juga di tuntut untuk mengambil pelajaran dari film yang diputar itu. Jujur (ini hasil dari tarbiyah beliau) 2 sinetron yang sempat saya tonton bersama beliau (Azzier Salim dan Robi’ Qurtubah) ternyata memberikan kita pembelajaran politik yang sangat berharga yang sampai saat ini kita (yang masih tersisa dari murid beliau) ternyata sedang melakoninya. Bisa jadi mungkin kita tak tahu apa yang harus kita lakukan menghadapi kenyataan kehidupan yang sedang saya hadapi bersama teman-teman di Mekkah saat ini (yang tidak bisa saya ceritakan pada antum semua) umpama tidak melihat film-film itu.

Dan film, memiliki ta’attsur Nafsiy (dampak psikologis) tersendiri, hal inilah yang dibaca dengan baik oleh Beliau, sehingga kita di ajak nonton, bareng lagi. Jadi antum jangan heran kok tiba-tiba setelah AAC booming, tiba-tiba di sana sini banyak yang berbusana seperti Aisha (bercadar) lebih heboh lagi kalau para istri meniru Aisha, suami mana yang gak sueneng gitu, hehehe… di Amrik sendiri, masyarakatnya lebih percaya film daripada omongan presidennya.

Jadi, di samping kita melihat film/sinetron sebagai komoditi hiburan, pelepas lelah, kita juga harus bisa mengambil pelajaran dari film-film itu, khudz maa shofa wa da’ maa kadar, ambil yang jernih dan tinggalkan yang keruh, di samping agar kita tidak membuang waktu dengan melihat film-film itu. Tiru sifat-sifat yang protagonis dan tinggalkan sifat-sifat yang antagonis.

Setidaknya, sarana dan prasarana belajar kehidupan itu banyak sekali, tinggal kita, bisa tidak memanfaatkannya? Sebab semua apa yang terjadi di hadapan kita, sekecil apapun, adalah pelajaran tersendiri terhadap arti hidup, agar kita mampu merasakan bahwa kita adalah BENAR-BENAR MANUSIA.

Wallahu A’lam (*)

Mekkah Al-Mukarromah

15 Rabea al-thani 1429 H

Sambil diiringi soundtrack

“Ayat-ayat cinta”-nya Mbak Rossa